Monday, March 3, 2008

Rumah tropis hemat energi untuk hadapi pemanasan global

Salah satunya solusi untuk mengurangi dampak pemanasan global, adalah dengan menerapkan disain rumah tropis hemat energi. Faktanya, rumah yang boros energi, sekitar 80% berasal dari kesalahan desain arsitektur. Berbagai aspek tentang disain rumah tropis hemat energi dibahas dalam
Rumah yang memanfaatkan cahaya matahari untuk pencahayaan di siang hari © WWF-Indonesia/2007.

21 September 2007 kegiatan Seminar Sehari "Home Design Going Green" (HDGG), di Hotel Ciputra, Jakarta pada 5 September 2007.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Ciputra, Century 21 Indonesia, Majalah TREN, dan Tabloid Bintang HOME ini merupakan bentuk kepedulian praktisi dunia desain, dalam menghadapi masalah pemanasan global. Harapannya, peserta dapat mempengaruhi lingkaran jejaring yang lebih luas dan mempromosikan pembangunan rumah hemat energi kepada para kliennya. WWF-Indonesia sangat mengapresiasi partisipasi praktisi dunia desain sumbangan dalam menghadapi masalah Pemanasan Global. Hemat Enegi Dr. Ir. Eddy Prianto CES, DEA, salah satu pembicara yang mendapatkan award dari Persatuan Insinyur Indonesia 2007 untuk konsep Rumah Hemat Energi, menyampaikan, " Desain arsitektur rumah yang respek terhadap kondisi iklim setempat, sinar matahari dan gerakan udara untuk kenyamanan penghuni dalam beraktifitas merupakan satu langkah maju. Rumah tropis hemat energi juga bentuk tanggapan atas konteks sosial yang terjadi, yaitu krisis listrik, gerakan hemat listrik, dan pemanasan global." Dalam diskusi terungkap bahwa konsumsi listrik memberi sumbangan kenaikan emisi CO2 sebesar 19%. Di rumah tinggal, penggunaan pendingin ruangan menempati urutan pertama konsumsi listrik (38%) , diikuti oleh komputer (10%); penanak nasi (10%); mesin cuci (9%); setrika (9%); mesin air (6%); lampu (5%); pemanas air (4%); kipas: 3%; lemari es dan televisi (2%) serta radio/tape (1%). Sementara untuk gedung, penggunaan AC mencapai (39%), lampu (24%); kipas angin (17%); lift ( 7%) dan perlengkapan lainnya sebesar 1(3%).
Upaya untuk menghemat listrik dapat dilakukan dengan cara beradaptasi dengan lingkungan dan mengurangi panas yang datang dari luar, lalu diikuti dengan perbaikan konfigurasi arsitektural. "Saat ini 2/3 panas ruangan disebabkan oleh desain atap yang salah, padahal penggunaan atap bening dapat menyerap hingga 90% panas", jelas Prianto. Tantangan UtamaBagi Indonesia, dengan iklim tropis, perlu diterapkan pendekatan enam strategi rumah hijau, yaitu mencakup pelapis bangunan, penerangan, pemanasan, pendinginan, konsumsi energi, dan pengelolaan limbah.
Rumah dengan sistem pencahayaan hijau dapat mengurangi konsumsi energi. Karena semakin banyak pepohonan tumbuh di sekitar rumah, semakin berkurang intensitas panas. Selain kenyamanan dari sisi thermal, tersedia juga kenyamanan dari sisi visual.
Energi matahari yang melimpah dimanfattkan untuk menciptakan kemandirian energi di rumah. Salah satunya, dengan aspek desain yang menempatkan solar panel di sisi rumah yang menghadap barat yang mendapatkan terpaan sinar matahari paling tinggi dan lama. Selain memanfaatkan energi, hal ini dapat mengurangi panas yang merambat di dinding rumah, dan mengurangi penggunaan pendingin ruangan.
Diakui peserta bahwa bagian tersulit dalam menciptakan rumah hemat energi adalah mengubah aspek kebiasaan individu. Jika menyangkut kebiasaan, cara paling efektif untuk mengajak individu agar berubah adalah dengan contoh. Para praktisi dunia desain juga menyadari, mereka harus memiliki posisi tawar yang kuat dihadapan klien, sehingga klien dapat menerima rancangan rumah tropis hemat energi.
Seminar "Home Design Going Green" ini merupakan langkah awal dari serial seminar untuk mempopulerkan desain Rumah Tropis Hemat Energi. Jika semakin banyak masyarakat yang bersedia menerapkannya, semakin hemat energi yang digunakan, semakin nyaman bumi kita.

No comments:

Post a Comment