Monday, August 24, 2009

apartemen murah

tittle


TINGGAL di apartemen memang asyik. Sudah praktis, banyak pengembang cenderung membangun apartemen di pusat-pusat kota dengan akses jalan yang mudah. Mau kemana-mana gampang. Mungkin itu sebabnya, kendati ekonomi belum pulih dari krisis, penawaran hunian vertikal tetap marak.

Itu terutama terjadi pada apartemen kelas menengah yang mengandalkan penjualan secara kredit. Apalagi, kini bank-bank mulai mengerdilkan suku bunga kredit seiring tren peluruhan bunga.


Biasanya, pembeli apartemen kelas menengah adalah para eksekutif muda, pengusaha, serta pegawai kantoran. “Jumlahnya sangat banyak. Mereka mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja, tapi juga tidak mau keluar banyak biaya,” kata Direktur Strategic Consulting Jones Lang Lasalle Indonesia Bayu Utomo.

Melihat kesempatan itu, kini para pengembang berlomba menggarap apartemen kelas menengah yang biasanya dibanderol antara Rp 300 juta hingga Rp 800 juta per unit. Pengembang yang memanfaatkan kesempatan ini termasuk pengembang kelas menengah atau kelas gurem yang jarang terdengar namanya.

Sebut saja pengembang Graha Permata Properindo yang kini menggarap proyek apartemen Carbella Imperial Residences dan Hayam Wuruk Residences. Kemudian ada juga Bendi Oetama Raya Delapan yang membangun dua apartemen sekaligus di Jakarta Selatan, yaitu Setiabudi Royal Residence dan Intan Apartment. Ada pula Internusa Jaya Semesta yang sedang membangun apartemen Grand Kartini di kawasan Gunung Sahari.

Menurut Bayu, penambahan pemain baru pengembang apartemen kelas tanggung ini didorong anggapan mereka mengenai prospek positif pasar ini. “Harga apartemen kelas ini relatif lebih terjangkau ketimbang apartemen kelas atas. Bahkan konsumen kelas atas juga meliriknya,” kata Bayu.

Jones Lang LaSalle mencatat, hingga akhir semester pertama 2009, total pasokan apartemen di Jakarta mencapai 67.860 unit. Separo di antaranya adalah apartemen kelas menengah.

Sementara sisanya, sebesar 42% dan 8%, masing-masing adalah apartemen menengah bawah dan menengah atas. “Makin tinggi kelas apartemen, biasanya untuk disewakan. Kalau kelas rendah, dipakai sendiri,” imbuh Bayu.

Kedatangan pemain kelas menengah itu seharusnya bisa mengungkit jumlah pasokan baru hunian vertikal yang cenderung menurun setiap tahun. Menurut data Jones Lang, pasokan hunian vertikal pada 2007 sebesar 11.000 unit. Jumlah itu turun jadi 8.200 unit pada 2008.

Bayu memperkirakan jumlahnya akan turun lagi menjadi 7.500 unit sampai akhir tahun nanti. “Sepanjang semester pertama 2009 hanya ada 1.600 unit pasokan hunian vertikal baru. Jumlah itu turun dari periode sebelumnya yang mencapai 2.000 unit,” papar Bayu.

Ingin mengetahui lebih jauh tentang proyek para pengembang gurem itu? Mari kita tengok satu per satu.

Graha Permata Properindo

Untuk membidik segmen kelas menengah, Graha Permata langsung menggarap dua proyek apartemen sekaligus: Carbella Imperial Residences dan Hayam Wuruk Residences. “Kedua apartemen itu berada di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat,” kata Ratdi Gunawan, Direktur Pemasaran Graha Permata Properindo.

Carbella Imperial berlokasi di Jalan Karet Belakang, tepatnya di belakang Gedung Menara HSBC Sudirman. Menurut rencana, apartemen satu menara yang berisi 50 lantai itu akan dibangun di atas lahan seluas 2.000 meter persegi (m²).

Graha Permata bermaksud menawarkan tiga tipe unit apartemen, dengan ukuran yang berbeda-beda: tipe 26 m², 31 m², dan 42 m². Harganya dibanderol mulai Rp 290 juta sampai Rp 600 juta. “Groundbreaking apartemen sudah kami mulai sejak pertengahan 2008, topping off berlangsung pada Juli ini,” sambung Ratdi.

Proyek yang menelan biaya investasi hingga Rp 100 miliar itu kini sudah terjual 90%. Ratdi bilang, kini tinggal lima unit yang belum terjual, rata-rata tipe 26 m². Ratdi menargetkan semua unit yang tersisa tersebut bakal habis terjual dua-tiga bulan lagi. “Serah terimanya akhir tahun ini,” kata dia.

Apartemen kedua Graha, yaitu Hayam Wuruk Residence, berlokasi di jalan Hayam Wuruk Jakarta Pusat, tepat di seberang Gajah Mada Plaza. Apartemen yang dibangun di atas lahan seluas 3.000 m² itu, rencananya hanya akan memiliki satu menara setinggi 18 lantai yang memuat 350 unit apartemen. “Saat ini pembangunan sudah sampai lantai delapan,” papar Ratdi.

Pengembang telah memulai groundbreaking apartemen ini pada akhir 2008. Perkiraannya, proyek apartemen dengan nilai investasi keseluruhan Rp 200 miliar itu bisa rampung pada 2010 mendatang.

Sejauh ini Graha Permata sudah menjual sekitar 40% unit apartemen dari total unit yang tersedia, atau sekitar 140 unit. Targetnya, semua unit yang tersisa laku akhir tahun nanti. Graha menawarkan empat tipe unit apartemen dalam proyek ini, yaitu tipe 32 m², 53 m², 44 m², dan 93 m². Harga yang ditawarkan mulai Rp 270 juta hingga Rp 700 juta.

Bendi Oetama Raya Delapan

Bendi Oetama Raya Delapan juga membangun dua apartemen kelas menengah sekaligus: Setiabudi Royal Residence dan Intan Apartment. “Kedua apartemen itu berada di Jakarta Selatan,” kata Maria Elvaretha, Supervisor Marketing Bendi Oetama Raya Delapan Apartemen Setiabudi Royal Residences berlokasi di jalan Karet Karya Setiabudi, persis seberang SMA 3 Setiabudi.

Dibangun di atas lahan seluas 2.200 m², apartemen ini kelak hanya akan memiliki satu menara setinggi tujuh lantai. Adapun jumlah unitnya mencapai 140 unit. “Kami menawarkan mulai dari tipe 24 m², 30 m², sampai 48 m². Harganya mulai dari Rp 250 juta sampai Rp 560 juta,” ujar Maria.

Groundbreaking pembangunan apartemen ini sudah dimulai sejak Maret 2009 dan saat ini sudah sampai tahap pembangunan basement. Bendi memprediksi proyek apartemen dengan nilai investasi Rp 150 miliar itu akan rampung pada pertengahan 2010.

Sejauh ini, mereka sudah menjual sekitar 90% unit apartemen. Masih ada sekitar delapan unit apartemen tipe 48 m² yang belum terjual. “Targetnya akhir tahun terjual semua,” kata Maria. Pasalnya, mereka akan menggelar serah terima akhir tahun ini.

Apartemen kedua yang dibangun Bendi adalah Intan Apartment. Lokasi apartemen setinggi tujuh lantai ini di Jalan Intan, persis seberang Cilandak Town Square (Citos). Apartemen 200 unit ini dibangun di atas lahan seluas 2.200 m². “Saat ini pembangunan sudah mencapai lobi,” ujar Maria.

Pengembang memperkirakan, proyek dengan nilai investasi Rp 200 miliar itu bisa rampung Maret 2010 nanti. Sejauh ini, sudah 95% unit yang terjual. Sisanya sebanyak delapan unit, memiliki ukuran 24 m² atau tipe studio. Intan Apartment terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe 24 m², 34 m², dan 48 m². Harga yang ditawarkan antara Rp 392 juta sampai Rp 700 juta.

Internusa Jaya Semesta

Pengembang Internusa Jaya Semesta mengandalkan proyek Grand Kartini. Lokasinya berada di Jalan Kartini Nomor 26, Gunung Sahari, Jakarta. Tepatnya seberang Hotel Sheraton.

Dibangun di atas lahan seluas 3.000 m², pengembang membangun satu menara apartemen dengan ketinggian mencapai 28 lantai. Jumlah unitnya mencapai 300 unit. “Apartemen ini sudah memasuki masa topping off sejak Juni,” kata Troy Mulfian, staf pemasaran PT Internusa Jaya Semesta.

Troy menaksir pembangunan yang memakan modal Rp 200 miliar ini akan selesai setahun. Dari 300 unit yang mereka tawarkan, kini sudah terjual 90%. Grand Kartini memuat empat tipe apartemen, yaitu 30 m², ?50 m², 60 m², dan 93 m². “Harga Rp 320 juta sampai Rp 900 juta,” terang Troy.


No comments:

Post a Comment